Ilustrasi Gambar |
Tapi kebanyak orang tua tidak mengetahui dalam mendidik anak remaja
mereka tidak tau bakat apa yang dimiliki anaknya sehingga bakat anaknya itu
terkandas karena kesalahan dari orang tua. Olehnya itu berikut beberapa
kesalahan orang tua dalam mendidik anak remaja mereka:
1. Salah persepsi
Seringkali orang tua menanamkan persepsi yang salah tentang diri sendiri juga
persepsi tentang keberhargaan diri dalam diri anak anaknya baik secara sadar
attau tidak sadar hal ini mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Ketika
orang tua mengajarkan persepsi yang salah kepada diri anak, sebenarnya saat
itulah orang tua sedang menanam ranjau ranjau psikologis yang sewaktu waktu
dapat meledak.
Persepsi salah yang seperti apakah yang sering dan tanpa
disadari dilakukan orang tua kepada anak anaknya..? Contoh kecil saja, banyak
orang tua yang memaksakan anaknya harus baik dalam segala hal. Adalah menjadi
kebanggaan dan keberhargaan diri bagi orang tua jika anak anaknya memiliki
prestasi diatas rata rata teman teman lainnya.
Orang tua sering menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang mengekspresikan
emosi negative, orang tua juga sering meminta anaknya untuk tidak melakukan
kesalahan bahkan menurut orang tua meminta pertolongan adalah salah dan
memalukan.
Ibarat bom waktu, seorang anak bukan saja membutuhkan perhatian,
pujian, dan teguran. Keseimbangan akan hal itu akan membuat sang anak merasa
dicintai dan dikasihi. Namun sayang karena kesibukan perkerjaan dan rutinitas
banyak orang tua membiarkan anak anaknya tumbuh dengan sendirinya sehingga
ketika masalah timbul barulah sang orang tua sibuk mencoba menjadi orangtua
yang baik atau bijaksanana.
Kesibukan orang tua kadang membuat mereka tak ada waktu lagi
untuk anak anaknya, tak ada waktu lagi menemani belajar, bahkan tak ada waktu
lagi bersenda gurau. Bahkan kadang lupa memberi apresiasi kepada anaknya yang
berprestasi, baru ketika anak berbuat salah maka orang tua sibuk memberikan
perhatian dan sok bijak.
2. Tidak Konsisten
Adalah perangkap masalah umum ketika orang tua tidak lagi konsisten dalam
mengasuh anak. Para orang tua memiliki berbgai
macam alasan untuk membenarkan ketidak konsistenan terhadap anak anaknya.
Apapun alasannya, ketidak konsintenan dapat memperbesar variasi prolem terhadap
perilaku anak anaknya. Lalu muncul pertanyaan pertanyaan pada diri saya
“manakah yang lebih baik anak anak tumbuh di dalam keluarga otoriter atau
permisif…? Sebenarnya yang terpenting adalah adanya aturan yang bisa di
prediksi dan konsisten.
3. Komunikasi tertutup
Komunikasi adalah hal atau faktor terpenting dalam mengasuh dan mendidik anak
anaknya. Jika anak anak berpikir bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tua
mereka tentang perasaan dan hidup mereka, Jika ketika mereka berhasil atau
gagal bisa dan mampu menyampaikan secara terbuka kepada orang tuanya, dengan
begitu mereka akan merasa dimiliki dan diperhatikan. Sehinga anak anak akan
merasa bermakna bagi diri juga orang tuanya.
4. Problem solver
Banyak anak dan remaja sekarang menjadi anggota generasi bingung, kalau mau
ditelusuri ke latar belakang pengasuhan mereka, biasanya ditemui bahwa orang
tua mereka kebanyakan berfungsi sebagai problem solver bagi anak anaknya.
Akibatnya anak anak mereka mengalami over-provided dan hidupnya menjadi pasif.
Lalu apa alasan orang tua menjadi problem solver..? Alasan klasiknya adalah
orang tua ingin membahagiakan anak anaknya, orang tua tak ingin anaknya
mengalami masalah dalam hidupnya.
5. Tidak ada keteladanan
Seringkali orang tua menggunakan teknik dalam membangun dan mendidik anak anak
dengan cara memerintah, meminta anak anaknya melakukan apa yang di katakan,
padahal hal yang tak kalah pentingnya keteladanan memberikan pengaruh yang
sangat kuat dan positif. Anak anak perlu diberi contoh, dan bukan dengan
diperintah. Contoh kecil, banyak orang tua berharap anak anaknya cerdas, lalu
para orang tua memerintahkan anaknya untuk belajar apapun dan bagaimanapun
caranya. Mungkin dengan memberi contoh dan mengajaknya belajar akan beda,
karena penerimaan anakpun akan merasa dirinya diperhatiakan orang tuanya.
6. Pilih waktu untuk bermain dengan anak anak
Sebagai orang dewasa kadang para orang tua lupa bagaimana menjadi seorang anak
kecil. Banyak orang tua terjebak dalam kesibukan sehari hari untuk mencari
nafkah dan membayar cicilan rumah, tapi banyak orang tua lupa bahwa anak anak
juga butuh bermain. Anak anak butuh berfantasi dan mengembangkan
kreatifitasnya. Jangan sibukkan anak anak dengan berbagai macam les sepanjang
minggu. Niatnya baik tapi belum tentu caranya benar, kadang les yang tidak
disukai anak tidak menyelesaikan persoalan justru menambah persoalan bagi si
anak.